Sesungguhnya kata "Pura" berasal dari akhiran bahasa Sansekerta (-pur, -puri, pura, -puram, -pore), yang mengandung arti kota, kota berbenteng, atau kota dengan menara atau istana. Dalam perkembangannya istilah "Pura" menjadi khusus untuk tempat ibadah terutama di bali, sedangkan kata "Puri" diartikan khusus untuk tempat tinggal para raja dan bangsawan. Pada perkembangannya pura di bali dapat di bagi menjadi empat sesuai dengan tujuan dan tempat pura itu didirikan seperti Pura Kahayangan Jagat, Pura Kahyangan Desa, Pura Swagina dan Pura Kawitan.
Pura Kahyangan Jagat adalah pura umum untuk pemujaan Ida Sang Hyang widhi Wasa dengan segala manfestasinya. Dalam pura kahyangan jagat ini juga termasuk pura Sad Kahyangan dan Pura Dhang Kahyangan. Pura Sad Kahyangan adalah Pura-Pura tempat pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang bermanefestasinya sebagai penjaga enam penjuru mata angin. Adapun pura-pura tersebut adalah Pura Silayukti, Pura Lempuyang, Pura Sakenan, Pura Luhur Batukaru, Pura Rambut Siwi, dan Pura Luhur Uluwatu. Sedangkan yang dimaksud dengan Pura Dhang Kahyangan adalah pura-pura besar yang berkaitan dengan Dharma-Yatranya seorang Dhang Guru terutama Dhang Hyang Dwijendra. Selain itu yang termasuk pura kahyangan jagat ini adalah pura-pura kerajaan.
Pura Kahyangan tiga merupakan pura yang dibuat di suatu desa adat tertentu. Pura-pura ini biasanya disebut dengan Pura Kahyangan Tiga meliputi Pura Desa dan Pura Bale Agung, Pura Puseh dan Pura Dalem. Pura Desa dan bale Agung biasanya dibuat jadi satu, yang merupakan tempat pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam Prabawanya sebagai Dewa Pencipta atau Dewa Brehma. Pura Puseh merupakan pura sebagai tempat pemujaan kepada dewa Wisnu yang merupakan manefestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Pemelihara. Dalam pure puseh ini biasanya dilakukan Upacara Ngusabha yang merupakan upacara untuk memohon kepda Ida Sang Hyang Widhi Wasa supaya Pertaniannya berhasil dengan baik. Terakhir, Pura Dalem merupakan tempat pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam prabawanya sebagai Pelebur yaitu Dewa Çiwa.
Berdasarkan fungsinya pura itu dibuat maka disebut Pura Swagina. Pura-pura ini dibuat karena kesamaan didalam suatu bidang kekaryaan atau matapencarian. Pura-Pura tersebut adalah Pura di Sawah yang disebut sebagai Pura Bedugul, Pura di Pasar yang disebut sebagai Pura Melanting dan juga Pura di kantor-kantor termasuk dalam pura ini.
Untuk tempat pemujaan yang lebih spesifik berasarkan asal usul keturunan atau wit maka pura tersebut dinamakan Pura Kawitan. Pura ini disungsung oleh kesamaan leluhur atau keturunan dan biasanya patrilineal(keturunan Laki-Laki), seperti Sanggah-Pemerajan, Pratiwi, Paibon, Panti, Dadia Pedharman dan sejenisnya.
Berikut ini peta pura-pura yang ada di Desa Demulih: